Siapa yang tidak kenal Bukalapak.com? Situs pasar daring (online marketplace) terbesar di Indonesia ini semakin menancapkan kukunya di ranah e-commerce. Kini, siapa pun yang ingin bertransaksi online, menjual dan membeli barang, akan memilih Bukalapak sebagai tujuan utama. Kelebihan utama mereka adalah mampu memberikan sensasi belanja aman dan nyaman serta bebas penipuan. Namun, hingga saat ini Bukalapak masih punya pekerjaan rumah.
Pekerjaan rumah itu adalah bagaimana tetap mampu menjaga kepuasan para pengguna Bukalapak, penjual dan pembeli. Kepuasaan penjual dan pembeli tentu akan membuat mereka selalu menomorsatukan Bukalapak sebagai tempat bertransaksi online, bukan situs-situs sejenis yang belakangan menjamur.
Sistem pembayaran Bukalapak yang selama ini dianggap sudah sangat baik dalam mengakomodasi hal tersebut ternyata masih memiliki celah yang bisa dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu. Sistem yang diberi nama BL Payment System tersebut memang awalnya ditujukan sebagai pelindung bagi pembeli dari penjual-penjual nakal yang kerap berbuat curang.
Pengalaman bahwa penjual-penjual nakal kerap mengirim barang tidak sesuai deskripsi, bahkan banyak di antara mereka kerap tidak mengirim barang, membuat pembeli khawatir dan disadari bahwa mereka perlu sistem yang melindungi. Hal tersebut bisa diakomodasi dengan baik dengan BL Payment System.
Yang menjadi pertanyaan adalah ketika justru penjual jujur menghadapi pembeli nakal. Penjual bisa saja sudah melayani dengan optimal, mulai dari mengirim barang dengan pengepakan yang baik, dan kualitas baik. Namun, pembeli merasa bahwa mereka tidak menerima barang yang baik untuk kemudian mengajukan retur. Ada kemungkinan bahwa pembeli telah membongkar, hingga kemungkinan terburuk menukar barang tersebut dengan kualitas yang buruk.
Hal ini tentu harus dicermati Bukalapak, lewat tim pelayanan konsumen (customer service) yang cekatan. Mereka mesti memiliki kemampuan dan integritas untuk menengahi setiap sengketa yang terjadi di antara penjual dan pembeli. Jika sukses, Bukalapak akan semakin melambung di tatanan e-commerce.
Pekerjaan rumah itu adalah bagaimana tetap mampu menjaga kepuasan para pengguna Bukalapak, penjual dan pembeli. Kepuasaan penjual dan pembeli tentu akan membuat mereka selalu menomorsatukan Bukalapak sebagai tempat bertransaksi online, bukan situs-situs sejenis yang belakangan menjamur.
Sistem pembayaran Bukalapak yang selama ini dianggap sudah sangat baik dalam mengakomodasi hal tersebut ternyata masih memiliki celah yang bisa dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu. Sistem yang diberi nama BL Payment System tersebut memang awalnya ditujukan sebagai pelindung bagi pembeli dari penjual-penjual nakal yang kerap berbuat curang.
Pengalaman bahwa penjual-penjual nakal kerap mengirim barang tidak sesuai deskripsi, bahkan banyak di antara mereka kerap tidak mengirim barang, membuat pembeli khawatir dan disadari bahwa mereka perlu sistem yang melindungi. Hal tersebut bisa diakomodasi dengan baik dengan BL Payment System.
Yang menjadi pertanyaan adalah ketika justru penjual jujur menghadapi pembeli nakal. Penjual bisa saja sudah melayani dengan optimal, mulai dari mengirim barang dengan pengepakan yang baik, dan kualitas baik. Namun, pembeli merasa bahwa mereka tidak menerima barang yang baik untuk kemudian mengajukan retur. Ada kemungkinan bahwa pembeli telah membongkar, hingga kemungkinan terburuk menukar barang tersebut dengan kualitas yang buruk.
Hal ini tentu harus dicermati Bukalapak, lewat tim pelayanan konsumen (customer service) yang cekatan. Mereka mesti memiliki kemampuan dan integritas untuk menengahi setiap sengketa yang terjadi di antara penjual dan pembeli. Jika sukses, Bukalapak akan semakin melambung di tatanan e-commerce.
Komentar
Posting Komentar